BAB I
PENDAHULUAN
Ilmu
alamiah sering disebut Ilmu Pengetahuan Alam (IPA). Dalam bahasa inggris
disebut Natural Science atau
disingkat Science dan dalam bahasa
Indonesia sudah lazim digunakan istilah sains.
Ilmu alamiah merupakan ilmu pengetahuan
yang mengkaji gejala-gejala dalam alam semesta, termasuk bumi ini, sehingga
terbentuk konsep dan prinsip. Ilmu pengetahuan dasar (Basic Natural Science) hanya mengkaji konsep-konsep dan
prinsip-prinsip dasar yang esensial saja.
A.
Manusia
yang Bersifat Unik
Manusia
sebagai makhluk hidup umumnya mempunyai ciri-ciri: (1) organ tubuhnya kompleks
dan sangat khusus, terutama otaknya, (2) mengadakan metabolisme atau penyusunan
dan pembongkaran zat, yakni ada zat yang masuk dan keluar, (3) memberikan
tanggapan terhadap rangsangan dari dalam dan luar, (4) memiliki potensi untuk
berkembang, (5) tumbuh dan berkembang, (6) berinteraksi dengan lingkungannya,
dan (7) bergerak.
Bila
kita bandingkan tubuh manusia dengan tubuh hewan tingkat tinggi lainnya, maka
tubuh manusia lemah. Misalnya: gajah mengangkat balok yang berat, harimau dapat
berjalan cepat, burung dapat terbang, dan buaya dapat berenang cepat. Namun,
rohani manusia, yaitu akal-budi dan kemauannya sangat kuat sehingga dengan akal-budi
dan kemauannya itu manusia dapat mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Dengan kedua alat itu, manusia dapat menguasai dan mengungguli makhluk lain.
Akal-budi dan kemauannya kerasnya adalah sifat unik dari manusia, di samping
dapat belajar dan mengajar anaknya.
B.
Kuriositas
atau Rasa Ingin Tahu dan Akal-Budi
Telah
disebutkan di atas bahwa semua makhluk hidup, termasuk manusia, memberikan
tanggapan terhadap rangsangan dari lingkungan. Rasa ingin tahu atau kuriositas
pada hewan itu didorong oleh naluri (insitinct) dan oleh Asimov (1972) disebut
idle curiosity. Naluri itu
bertitik pusat pada mempertathankan kelestarian hidup dan sifatnya tetap
sepanjang zaman.
Manusia mempunyai naluri seperti tumbuhan dan hewan,
tetapi juga mempunyai akal-budi sehingga rasa ingin tahu itu tidak tetap
sepanjang zaman. Manusia mempunyai rasa ingin tahu yang berkembang. Rasa ingin
tahu manusia tidak pernah dapat dipuaskan. Apabila suatu masalah dapat
dipecahkan, akan timbul masalah lain yang menunggu pemecahannya. Manusia
bertanya terus setelah tahu apa, maka
ingin tahu bagaimana dan mengapa.
C.
Perkembangan Alam Pikiran Manusia
Sebagaimana telah dikemukakan, manusia mempunyai rasa
ingin tahu terhadap rahasia alam dengan menggunakan pengamatan dan penggunaan
pengalaman, tetapi sering tidak dapat menjawab masalah dan tidak memuaskan.
Pada manusia kuno, untuk memuasakan diri, mereka mencoba membuat jawaban
sendiri. Misalnya, Mengapa gunung
meletus, mereka juga mencoba
menjawab dengan mengatakan bahwa Yang
berkuasa marah. Dari jawaban itu, muncul pengetahuan yang disebut Yang berkuasa. Dengan menggunakan
logika, muncullah pengetahuan yang berkuasa pada lautan, hutan, dan seterusnya.
Pengetahuan baru yang merupakan kombinasi antara pengalaman-pengalaman dan
kepercayaan disebut mitos. Mitos dapat diterima orang pada saat itu karena
keterbatasan penginderaan dan penalaran serta hasrat ingin tahu yang perlu
segera dipenuhi.
Kemudian, berdasarkan kemampuan berpikir manusia yang
semakin maju dan perlengkapan pengamatan yang semakin sempurna, maka mitos
dengan berbagai legenda makin ditinggalkan orang cenderung menggunakan akal
sehat atau rasio. Berikut ini beberapa tokoh Yunani dan lainya yang telah
memberi sumbangan perubahan berpikir pada saat itu.
a.
Anaximander,
seorang pemikir kontemporer berpendapat bahwa langit yang kita lihat sebenarnya
hanya setengah. Langit dan isinya itu beredar mengelilingi bumi. Ia juga
mengajarkan membuat jam matahari, yaitu tongkat yang tegak lurus dipermukaan
bumi.
b.
Anaximenes
(560-520 SM), berpendapat bahwa unsur-unsur dasar pembentukan semua benda itu
adalah air yang merupakan salah satu bentuk benda. Jika merenggang menjadi api,
dan jika memadat menjadi tanah. Ini merupakan pendapat pertama tentang
transmutasi unsur-unsur.
c.
Herakleitos
(560-470 SM), seorang pengkoreksi pendapat Anaximenes bahwa justru apilah yang
menyebabkan adanya transmutasi itu. Tanpa api, benda-benda akan tetap seperti
adanya.
d.
Pythagoras
(500 SM), seorang yang berpendapat bahwa unsur dasar semua benda sebenarnya
adalah empat, yaitu tanah, air, api, dan udara, sebagaimana yang diungkapkan
orang-orang sebelumnya. Sehubungan dengan alam semesta, ia berpendapat bahwa
bumi adalah bulat dan berputar, karena itu benda-benda alam lainnya termasuk
matahari seolah-olah mengelilingi bumi.
e.
Demokritos
(460-370 SM), berpendapat tentang unsur-unsur dasar benda. Bila suatu benda
dibagi terus-menerus, suatu saat akan sampai pada bagian yang terkecil yang
tidak dapat dibagi lagi. Bagian terkecil itu disebut Atomos atau atom dan
karena kecilnya, atom tidak tampak oleh mata.
f.
Empedokles
(480-430 SM), merupakan orang yang menyempurnakan ajaran Pythagoras. Ia
memperkenalkan tentang tenaga penyekat atau daya tarik-menarik dan daya
tolak-menolak. Kedua tenaga tersebut dapat mempersatukan atau memisahkan unsur-unsur
itu.
g.
Plato
(427-345 SM), seorang yang mempunyai
titik tolak berpikir yang berbeda dengan orang-orang sebelumnya. Menurut Plato,
keanekaragaman yang tampak ini sebenarnya hanya suatu duplikat dari semua yang
kekal dan immaterial. Misalnya, serangga terdiri atas macam-macam jenis yang
bentuknya berbeda dan beranekaragam, hanya merupakan kopi atau duplikat belaka
yang tidak sempurna. Yang benar adalah idea serangga.
h.
Aristoletes
(384-322 SM) merupakan seorang ahli pikir pada zamannya. Bukunya yang berhubungan
dengan unsur dasar alam ini menyebutkan adanya zat tunggal yang disebut Hule.
Zat tunggal ini tergantung kepada kondisinya sehingga dapat terwujud tanah,
air, udara, atau api. Terjadinya transmutasi itu disebabkan oleh kondisi:
dingin, lembab, panas, dan kering. Ajaran Aristoletes yang penting adalah pola
berpikir berdasarkan logika untuk mencari kebenaran.
i.
Ptolomeus
(127-151 M), buah pemikirannya yang penting tentang bumi adalah bumi sebagai
pusat sistem tata surya (geosentris), berbentuk bulat, dan diam seimbang tanpa
tiang penyangga.
j.
Perlu
dikemukakan ahli lainnya dari dunia islam, yaitu: Al-Biruni, seorang ahli ilmu
pengetahuannya yang asli dan kontemporer (abad 11), Al-Khawarizzini,
Al-Farghani, Al-Batani (abad 9), Abul Weva (abad 10), Omar Khayam dan Zarqali
(abad 11), Al-Kindi, Al-Farabi (filosof abad 10), Al-Gazali (filosof abad 11),
dan Averoes (Ibn-Rushd). Pada waktu
itulah ilmu pengetahuan dan kebudayaan Arab merupakan kebudayaan internasional
yang tersebar jauh ke Barat, yaitu ke Maroko dan Spanyol, yang terkenal dengan
Pusat Perpustakaan dan Mesjid Al-Hambra, Cordoba (Spanyol).
D. Lahirnya Ilmu Alamiah
Manusia sebagai makhluk hidup melalui pancainderanya
memberikan tanggapan terhadap semua rangsangan, termasuk gejala di alam semesta
ini. Tanggapan terhadap gejala-gejala atau peristiwa-peristiwa alam merupakan
suatu pengalaman. Pengalaman merupakan salah satu cara terbentuknya
pengetahuan, yakni kumpulan fakta-fakta. Pertambahan pengetahuan (knowledge)
didorong oleh: (1) dorongan untuk memuaskan diri yang bersifat nonpraktis atau
teoritis guna memenuhi kuriositas dan memahami hakikat alam semesta dan isinya
serta (2) dorongan praktis, yang memanfaatkan pengetahuan itu untuk meningkatkan
taraf hidup yang lebih tinggi.
Ilmu Alamiah merupakan kegiatan manusia yang bersifat
aktif dan dinamis. Artinya, kegiatan manusia yang tiada hentinya dari hasil
percobaan akan menghasilkan konsep, selanjutnya konsep tersebut mendorong
dilakukannya percobaan berikutnya dan seterusnya.
E. Kriteria Ilmiah
Kriteria atau
patokan merupakan suatu rambu-rambu untuk menentukan benar atau tidak benarnya
sesuatu untuk masuk satatus tertentu. Pengetahuan termasuk kategori ilmu
pengetahuan jika kriteria berikut dipenuhi, yakni: teratur, sistematis, berobjek,
bermetode, dan berlaku secara universal. Tujuan ilmu Alamiah menurut beberapa
ahli adalah mencari kebenaran tentang objeknya, dan kebenaran mengenai
objeknya. Alam semesta sebagai objek penyelidikan mempunyai aspek yang sangat
luas, misalnya aspek fisis, aspek kimiawi, aspek biologis, aspek ekonomis, dan
sebagainya.
Untuk mencapai kebenaran, yakni persesuaian antara
pengetahuan dan objeknya, tidaklah terjadi secara kebetulan, tetapi harus
menggunakan prosedur atau metode yang tepat, yaitu prosedur atau metode ilmiah
(scientific method) tersebut akan dicapai kebenaran yang merupakan keputusan
atas objeknya, dan dirumuskan secara tertentu. Namun, keputusan mengenai
keadaan, sifat, tingkah laku, dan lain-lain tidaklah bersifat khusus karena hal
itu bukan tujuan ilmu pengetahuan yang mencari kebenaran yang bersifat umum. Dengan
demikian, hukum itu berlaku secara umum mengenai suatu objek, walaupun hanya
mencakup salah satu aspek saja, tetapi dicapai dengan menggunakan metode ilmiah
yang dirumuskan, diorganisasikan, dan diklasifikasikan, yang terbukti secara
signifikan.
F. Metode Ilmiah dan Implementasinya
1. Penginderaan
Penginderaan merupakan langkah pertama dari metode ilmiah
dan segala sesuatu yang tidak dapat diindera, maka tidak dapat diselidiki oleh
Ilmu Alamiah. Penginderaan yang tepat adalah sulit, memerlukan waktu yang lama,
dan setelah dicoba berkali-kali sering mengalami kegagalan. Setiap orang dapat
melakukan penginderaan yang tepat sukar dilakukan karena sering adanya
prasangka yang melekat pada penginderaan itu. Namun, penginderaan yang tepat
dapat diperoleh dengan latihan dan menggunakan alat-alat yang telah ditera.
Contohnya, untuk mengetahui suhu air, tidak cukup dengan kulit/tangan, tetapi
perlu dibantu dengan termometer.
2. Masalah atau Problem
Secara umum,
untuk menemukan masalah digunakan pertanyaan ”Bagaimana?”atau ”Apa?”.
Pertanyaan “Mengapa?” menimbulkan kesukaran, dan sering diganti “Bagaimana?” atau
“Apa?.” Pertanyaan “Mengapa Alam ini ada ?” termasuk kategori yang tidak dapat
diuji sehingga hal itu tidak termasuk bidang Ilmu Alamiah.
3. Hipotesis
Pertanyaan yang tepat akan melahirkan suatu jawaban dan
jawaban itu bersifat sementara yang merupakan suatu dugaan. Dalam Ilmu Alamiah
dugaan sementara itu disebut hipotesis. Untuk membuktikan apakah dugaan itu
benar atau tidak, diperlukan fakta atau
data. Dalam membuat hipotesis, tidak asal saja, walaupun dalam sejarah pernah terjadi, yaitu Kekule, seorang ahli
ilmu kimia bangsa Jerman membuat hipotesis tentang struktur zat kimia benzena. Keadaan
yang ideal untuk membuktikan kebenaran suatu hipotesis adalah melalui pengujian
dengan eksperimen.
4. Eksperimen
Eksperimen
atau percobaan merupakan langkah ilmiah keempat. Pada titik ini, Ilmu Alamiah dan
non-Ilmu Alamiah dapat dipisahkan secara sempurna. Sebagian besar orang
mengadakan penginderaan, menyusun pertanyaan, dan menduga jawabannya. Namun
orang biasa akan berhenti sampai disitu aja. Sebaliknya,seorang ilmuwan tidak
akan berhenti sampai disitu saja,tetapi akan meneruskan pertanyaan, “Mana buktinya?”Dalam
sejarah,cara demikian merupakan suatu cara untuk menghilangkan pendapat umum
yang emosional,tidak didukung oleh bukti. Pendapat atau jawaban atas masalah
yang tidak didukung oleh bukti merupakan ilusi dan tidak bijaksana. Eksperimen
dapat menunjukan bukti,sehingga jawaban yang bersifat dugaan itu menjadi
jawaban yang benar atau alamiah. Eksperimen yang baik harus dirancang dengan
saksama sehingga semua faktor dapat dikendalikan dan hipotesis dapat diuji
kebenarannya.
5. Teori
Bukti eksperimen merupakan dasar langkah ilmiah berikutnya, yaitu teori.
Apabila suatu hipotesis didukung oleh bukti atau data yang menyakinkan dan bukti itu diperoleh dari berbagai eksperimen
yang dilakukan dilabolatorium, di mana eksperimen itu dilakukan oleh berbagai
peneliti dan bukti-bukti menunjukan hal yang dapat dipercaya atau valid,
walaupun dengan keterbatasan tertentu, maka disusun suatu teori. Contoh
“serangga tertarik pada sinar yang memiliki panjang gelombang tertentu. Tetapi
tidak tertarik pada sinar yang memilliki
panjang gelombang tertentu lainnya.”
G. Keterbatasan Ilmu Alamiah
1. Bidang Ilmu
Alamiah
Bidang Ilmu Alamiah adalah wahana dimana metode ilmiah
dapat diterapkan. Sebaliknya, bidang ilmu non Ilmu Alamiah adalah wahana di
mana metode ilmu ilmiah tidak dapat diterapkan. Hal tersebut dapat dipakai
untuk menjelaskan masalah yang sering dilontarkan, yaitu konsep tentang Tuhan. Konsep
tentang Tuhan di luar bidang ilmu alamiah ada atau tidaknya Tuhan tidak dapat
dibuktikan secara ilmiah karena metode ilmiah tidak dapat diterapkan.
2. Tujuan Ilmu
Alamiah
Tujuan
ilmu alamiah yaitu membentuk dan menggunakan teori. Beberapa orang mengatakan
bahwa tujuan ilmu alamiah adalah mencari kebenaran, menemukan fakta. Metode
ilmiah tidak dapat menetukan secara mutlak. Bila sesuatu telah diketahui
mutlak, maka ilmu alamiah tidak dapat diterapkan untuk bertindak lebih lanjut.
Ilmu Alamiah hanya dapat mengemukakan bukti kebenaran sementara. Dengan kata
lain, kebenaran sementara adalah teori. Jika bersifat sementara, adalah Ilmu
Alamiah, dalam kehidupan sehari-hari, kata teori juga terkenal dan sering
dipakai, tetapi mempunyai arti lain, yakni hanya sekedar berbicara dan bersifat
spekulasi.
3. Ilmu Alamiah dan
Nilai
Metode ilmiah
tidak dapat memberikan nilai atau moral terhadap suatu keputusan. Manusia
pemakai-lah Apakah hasil yang menilai Ilmu Alamiah itu baik atau sebaliknya. Ilmua
Alamiah tidak dapat menilai hal lain, misalnya tentang cinta, keindahan,
kejahatan, kebahagiaan, kebaikan, kebebasan, dan harta benda yang merupakan
nilai kemanusiaan yang tidak dapat dijangkau oleh Ilmu Alamiah. Selanjutnya,
kita juga tidak dapat mengharapkan semua kehidupan ini bersifat ilmiah karena
manusia memiliki bnayak segi. Namun masih mungkin jika kita mengharapkan
orang-orang untuk berpikir secara ilmiah dalam menghadapi masalah-masalah yang
empiris.
H. Filsafat Ilmu Almiah
1.
Vitalisme,
yaitu merupakan sutau doktrin yang menyatakan adanya kekuatan di luar alam.
2.
Mekanisme,
merupakan suatu pandangan yang menyatakan bahwa penyebab yang mengatur semua
gerakan di alam semesta ini adalah hukum alam.
3.
Agnotisme
yaitu untuk menghindarkan pertentengan, terdapat aliran yang melepaskan diri
atau tidak memperdulikan ada atau tidaknya Sang Pencipta.
4.
Filasafat
pancasila dalam hal ini dimana hukum alam adalah sama dengan hukum Tuhan.
I. Bahasa Ilmu Alamiah
Secara
mendasar, Ilmu Alamiah merupakan suatu bahasa, suatu sistem komunikasi. Agama,
seni, politik, bahasa indonesia, bahasa inggris, dan bahasa-bahasa lainnya juga
sebagai sistem komunikasi. Ilmu Alamiah benar-benar merupakan bahasa yang
universal, dimengerti oleh semua orang di muka bumi ini. Seni dan Agama juga bersifat universal, tetapi memiliki
perbedaan, misalanya agama Islam, Kristen, Hindu, Budha yang masing-masing
agama memiliki relung-relung yang berbeda karena memiliki keyakinan yang
berbeda. Sebaliknya dalam Ilmu Alamiah terdapat ide yang dinyatakan dalam
bahasa berebeda, tetapi setara. Bahasa Indonesia menyatakan “air” bahasa
inggris menyatakan “water” bahasa Latin menyatakan “aqua”,sedangkan dalam
bahasa Ilmu Alamiah adalah H2O, dimana seluruhnya adalah setara,
tidak ada yang paling benar daripada yang lain.
Suatu
hal yang terpenting adalah di dunia ini tidak ada satu rumusan ide yang paling
benar yang dapat mencakup segala bahasa. Dalam “bahasa” ini, tampaknya kita
berhadapan dengan berbagai patokan dalam menghadapi sistem komunikasi yang
berbeda yang kita gunakan.
J. Kemampuan
Memecahkan Masalah Dapat Dipelajari dengan Melakukan Pemecahan Masalah
Pemecahan
masala, seperti keterampilan lain, dapat dipelajari dengan berbuat. Jenis
masalah yang dipecahkan akan menentukan berapa banyak kita mempelajari tentang
pemecahan masalah. Jika kita memiliki masalah yang bersangkutan dengan suatu
kebutuhan atau tujuan belajar, kita akan berhasil karena pelajaran itu
mempunyai arti bagi kita.
Manusia
mempunyai indera yang sma dengan beberapa hewan lain, tetapi ia dibedakan oleh
kecerdasannya, yang menjadikannya tidak hanya dapat merencanakan dan mengontrol
penginderaannya, tetapi juga merancang instrumen untuk inderanya sendiri.
Penginderaan merupakan salah satu langkah ilmiah yang penting, maka
penginderaan harus dikontrol dan dicek kembali. Hal ini tidak lain karena
kemampuan indera manusia itu terbatas.
K. Keterbatasan
Indera Manusia
1.
Penglihatan.
Mata kita dapat memisahkan suatu pandangan lain lebih sering dari sepuluh kali
dalam satu detik sehingga proyeksi dari enam belas gambar tiap detik
menimbulkan ilusi gambar hidup yang bersambungan. Kisaran penglihatan juga
sangat terbatas pada ukuran partikel yang dapat terlihat dan terhadap jarak yang
dapat terlihat.
2. Pendengaran. Telinga manusia cukup peka
(sensitif) terhadap gelombang suara berfrekuensi antara 16 sampai 20.000 hertz
per detik.
3. Pengecapan dan Pembauan, merupakan
penginderaan yang bersifat kima, terbatas dalam kisaran tertentu, dan tidak
tergantung pada batuan yang bersifat mekanis.
4. Penginderaan Kulit. Kulit berfungsi sebagai
indera peraba (terjadi kontak dengan objek) dan indera perasa.
5. Penginderaan Dalam (Deep Sensibility), termasuk
beberapa indera, misalnya penginderaan otot daging dan sendi maupun
penginderaan statis dan keseimbangan.
6. Peningkatan daya penginderaan, meliputi
sebagai berikut
a.
Melalui
Latihan, seseorang dapat mempelajari
untuk mengidentifikasi minuman anggur dengan mengecapnya, mengetes minuman teh
dengan meminumnya beberapa teguk, mengetes kesegeran telur atau mutu tembakau
dengan membauinya, menala alat-alat musik dengan menggunakan telinga saja, atau
menentukan kesepakatan suatu cairan dengan meraba saja.
b.
Kewaspadaan
perlu ditingkatkan dengan usaha yang sungguh-sungguh
c.
Instrumen
harus dikalibrasi. Pelaksanaan kalibrasi atau peneraan terdiri atas
perbandingan instrumen dengan standar dan menyesuaikannya sehingga instrumen
itu akan memberikan hasil yang sama seperti instrumen yang dikalibrasi dengan
cara yang sama.
d.
Pengecekan
merupakan cara yang paling berhasil untuk menghilangkan kekeliruan-kekeliruan
dalam pengamatan
e.
Eksperimen
adalah penginderaan dalam kondisi yang dikontrol
f.
Penginderaan
meliputi analisis dan sintesis
g.
Instrumen
baru memungkinkan penginderaan baru
h.
Pengukuran
merupakan keterampilan tersendiri
L. Pengorganisasian
Data
Latihan menggunakan matematika sebagai alat ilmu pengetahuan
sangat penting guna menghilangkan kesalahan dalam mengorganisasikan, mengadakan
klasifikasi, dan menafsirkan data sebagaimana kita melatih indera untuk
memperoleh data yang dapat dipercaya. Untuk memudahkan penafsiran diperlukan
statistik dan sistematika, karena beberapa hal berikut ini.
1. Dalam Statistik, Kita Dapat Mengabaikan
Hal-hal yang Mendetail secara Bijaksana
Statistik
merupakan suatu prosedur guna mengukur keseluruhan anggota kelompok daripada
pengukuran setiap anggota kelompok. Masalah yang paling penting yang tercakup
dalam penganalisisan data eksperimental adalah mendapatkan rumusan matematika
yang akan mengungkapkan secara tepat hasil tersebut. Pengolahan data memerlukan
statistik. Pengolahan data secara statistik lebih mudah dengan menggunkan
statistik.
2.
Pengetahuan
Diklasifikasikan Menjadi Bentuk yang Sistematis
Pengetahuan
menjadi signifikan jika disusun secara sistematis. Karena ketidak mampuan
manusia memahami pengatahuan yang ada pada masa kini secara keseluruhan serta
agar menghemat waktu dan tenaga. Di samping mudahuntuk dipelajari, susunan yang
sistematis itu memberikan ilmu pengetahuan sifat untuk meramalkan, yaiu
memberikan keterangan mengenai kemungkinan-kemungkinan terjadinya suatu
peristiwa atau kejadian di kemudian hari.
M. Pembagian Ilmu Pengetahuan (Sains)
1. Ilmu
Pengetahuan Sosial (Social Sains) membahas hubungan antara manusia sebagai
makhluk sosial, yang selanjutnya dibagi atas:
a)
Psikologi
b)
Pendidikan
c)
Antropologi
d)
Etnologi
e)
Sejarah
f)
Ekonomi
g)
Sosiologi
2. Ilmu Pengetahuan Alam atau Ilmu Alamiah
(Natural Science) membahas tentang alam semesta dengan semua isinya dan
selanjutnya terbagi atas:
a)
Fisika (Physics)
b)
Kimia (Chemistry)
c)
Biologi (Biological Science)
3.
Ilmu Pengetahuan Bumi dan Antariska yang sering disebut IPBA (Earth Science and Space), ilmu pengetahuan yang membahas tentang
bumi sebagai salah satu anggota tata surya dan ruang angkasa dengan benda
angkas lainnya. IPBA antara lain:
a)
Geologi
b)
Astronomi
c)
Geografi
N. Ilmu
Pengetahuan pada Hakikatnya Merupakan Satu Unit
Pemisahan
atau pembagian ilmu pengetahuan terjadi karena ilmu pengetahuan berkembang
dalam proses yang cukup lama. Namun, dalam perkembangannya lebih lanjut, tampak
kecenderungan generalisasi dari beberapa cabang ilmu pengetahuan itu bertemu
kembali, karena pada hakikatnya merupakan satu unit.
O. Penelahaan Alam Semesta dan Sikap Ilmiah
Para
ilmuwan pencari kebenaran selalu tertarik pada segala sesuatu yang terjadi di
alam semesta ini. Mereka menyadari ketidaktahuannya dan berusaha mengetahui
sehingga dengan menemukan kebenarannya yang berharga dapat memberikan kepuasan
yang besar dalam hidup. Alam semesta adalah teratur sehingga pada tingkat
kehidupan juga tampak keteraturan itu. Dari keteraturan itu, dapat dicari hukum
alam (Natular law) yang dapat
menjawab pertanyaan para ilmuwan. Dari hukum itu, para ilmuwan mengetahui bahwa
di belakang setiap akibat ada sebabnya.
1. Relativitas
ilmu Alamiah
Kebenaran yang
ditemukan oleh manusia pada suatu saat mungkin disngakal atau diubah dengan
kebenaran yang baru. Para ilmuwan menyadari bahwa kebenaran yang ditemukan
manusia tidak pernah merupakan kebenaran mutlak. Demikianlah kebenaran
dalam sains, tidak pernah lengkap. Sebagai manusia, para ilmwuan tetap bersikap
rendah diri, karena mereka yakin masih sedikit yang mereka ketahui.
2. Sikap ilmiah
a.
Memiliki rasa ingin
tahu atau kuriositas yang tinggi dan kemampuan belajar yang besar
b.
Tidak dapat
menerima kebenaran tanpa bukti
c.
Jujur
d.
Terbuka
e.
Toleran
f.
Skeptis
g.
Optimis
h.
Pemberani
i.
Kreatif dan
swandaya
3. Pembentukan Sikap Ilmiah
Jiwa dari
sikap ilmiah, sebagaimana jiwa sikap-sikap yang lain, mungkin diresapi daripada
yang diajarkan. Jiwa atau semangat itu sering didapatkan dari pergaulan
seseorang dengan seseorang yang telah berhasil mengembangkan semangat itu dalam
kehidupannya.
P. Peranan
Matematika dalam Ilmu Alamiah
Matematika
tidak diragukan lagi merupakan salah satu puncak kegiatan alam pikir manusia.
Perhitungan matematis menjadi dasar teknologi sebagai ilmu terapan Ilmu
Alamiah. Ciri utama matematika adalah suatu cara dalam penalaran (reasoning).
Menalar secara
induksi dan analogi memerlukan pengamatan dan bahkan percobaan, untuk
memperoleh fakta yang dapat dipakai sebagai dasar argumentasi. Namun
pancaindera kita adalah terbatas dan sering tidak teliti sehingga metode itu
tidak memberikan suatu kesimpulan yang tidak dapat dibantah lagi walaupun fakta
yang dikumpulkan untuk induksi dan analogi itu masuk akal. Untuk menghindari
penelaran semacam itu para ahli matematika menggunakan kerangka berpikir yang
lain. Misalnya, fakta X – 3 = 17 dan ia bermaksud mencari harga X tersebut. Ia
melihat bahwa jika nilai 3 ditambah kepada dua ruas persamaan tersebut, maka ia
akan memperoleh bahwa X = 20. Mengapa demikian ? pertama-tama dia mengetahui
bahwa sebuah persamaan tersebut ditambah dengan nilai yang sama. Ini berarti
bahwa dengan menambah 3 pada kedua belah persamaan tersebut, tidak merubah
persamaan tadi. Cara berpikir seperti itu merupakan cara deduksi, karena
deduksi menghasilkan kesimpulan yang dapat dipercaya seperti fakta yang
mendasarinya, maka penerapan proses ini kepada fakta-fakta yang kebenarannya
telah diketahui akan menghasilkan kebenaran baru. Kebenaran baru itu kemudian
dapat dipakai kembali sebagai premis untuk suatu argumentasi deduktif yang
lain.
Ilmu Alamiah
pada mulanya menggantungkan diri pada pendekatan induksi. Dengan pendekatan
induksi saja, manusia tidak mungkin mengetahui jarak antara bumi dengan bulan
atau matahari, bahkan untuk mengetahui keliling bumi saja hampir tidak mungkin.
Berkat bantuan matematika, Erathotenes (240 SM) pada zaman Yunani dapat
menghitung besarnya bumi. Demgan menggunakan pendekatan induksi dan deduksi
dapat dihitung bahwa keliling bumi adalah 39.360 km dan garis tengahnya adalah
12.800 km.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar